Melihat Karya Seni Instalasi Ketut Putrayasa (Giant Octopus/Gurita Raksasa) BBAF Bali

Karya seni instalasi merupakan suatu karya seni rupa yang tercipta dengan menggabungkan berbagai macam media. Sehingga bisa membentuk suatu kesatuan baru dengan makna yang baru.

Salah satu contoh hasil karya yang termasuk dalam seni instalasi yaitu Giant Octopus atau gurita raksasa yang ada di Bali. Karya seni gurita raksasa tersebut tepatnya di Pantai Berawa Badung Bali.

Mengenal Giant Octopus, Hasil Karya Seni Instalasi Ketut Putrayasa

Pada acara Berawa Beach Arts Festival (BBAF) di Pantai Berawa Bali pada bulan Mei 2019 lalu, masyarakat Bali menghadirkan karya seni berupa panggung dengan konsep unik dan interaktif, yaitu ‘Gurita Raksasa’.

Pertama kali melihat karya seni ini, Anda akan melihat hasil karya yang terlihat megah dan kuat. Kepalanya tampak besar dan bulat mendongak. Bagian matanya juga terlihat selalu awas dengan delapan lengannya yang menempel pada endapan pasir seperti menggenggam tanah.

Hewan laut tanpa tulang ini tergolong binatang yang sangat cerdas. Sebab, mampu masuk ke dalam atau ke luar ruangan yang termasuk sempit.

Hal tersebut yang digambarkan oleh Octopus Giant berwujud gurita raksasa yang dibuat oleh Ketut Putrayasa.

Octopus ini merupakan karya seni instalasi yang menceritakan tentang laut, pantai, lingkungan, alam, dan juga sampah plastik. Selain itu juga menceritakan hal-hal lain yang menjadi kekhawatiran serta menjadi harapan.

Acara BBAF di Badung Bali tahun 2019 tersebut merupakan ajang BBAF ke-2. Nah, Ketut Putrayasa membuat karya seni tersebut bertujuan untuk mengingatkan pada banyak orang mengenai betapa pentingnya wawasan kelautan. Termasuk apa saja yang ada di dalam dan juga di luar laut.

Octupus itu dibuat dengan sangat kokoh berdiri di tepi pantai. Jadi, narasinya gurita raksasa tersebut keluar dari tempatnya karena tempat tinggalnya yang ada di dalam laut penuh dengan sampah plastik.

Binatang ini keluar dan berdiri kokoh di pinggiran pantai seperti penjaga Pantai Berawa. Nah, dalam BBAF tersebut, octopus ini dipergunakan sebagai tempat pertunjukan kesenian akbar dikolaborasikan dengan tata cahaya yang kuat.

Octopus Giant ini dibuat sebagai upaya mengangkat “spirit kelautan”.  Karya seni ini inspirasi visual yang memiliki konten untuk membangun narasi spirit kelautan nusantara.

Pembuatan Karya Seni Gurita Raksasa

Pembuatan gurita raksasa ini yaitu dari bahan anyaman bambu. Sedangkan, untuk bahan bakunya semuanya dipasok dari Gianyar. Penggunaan patung ini menggunakan bahan ramah lingkungan.

Penggunaan bahan ramah lingkungan tersebut sesuai dengan semangat dari penyelenggaraan BBAF kali ini. Penyelenggara mengatakan jika kebanyakan laut hanya dijadikan background dan belum pernah dijadikan panggung.

Nah, dalam acara tersebut penyelenggara sukses menghadirkan lautan sebagai panggung. Proses pembuatan karya patung raksasa ini dikerjakan hampir satu bulan oleh 50 pekerja.

Ketut Putrayasa merupakan seniman populer yang berasal dari Banjar Tandeg Tibu Beneng, Canggu Kuta Utara. Menurutnya, kearifan lokal budaya kelautan ini sebenarnya merupakan modal kultural yang dapat dijadikan sebagai landasan regulatif. Terutama dalam mengelola serta menjaga lautan dari bahaya.

Pada kenyataannya, Bali tidak terhindar dari bahaya rusaknya lingkungan. Sebab banyak kasus-kasus kerusakan lingkungan yang terjadi di lautan Bali.

Makna di Balik Patung Gurita Raksasa Bali

Menciptakan suatu narasi yang kuat lewat karya seni instalasi bukanlah hal yang mudah. Meski demikian, Ketut Putrayasa berhasil menciptakan narasi melalui karya seni yang sangat istimewa.

Pergelaran seni rupa instalasi gurita raksasa atau octopus giant ini mencoba menawarkan ajakan  kultural. Selain itu juga membangkitkan kesadaran dan juga kepekaan masyarakat mengenai persoalan kelautan.

Sebab, pada dasarnya nilai kontekstual suatu karya terdapat pada kekuatan yang akan menimbulkan berbagai macam dampak. Mulai dari dampak sosial, moral, politik, dan lain sebagainya.

Gurita raksasa ini terbentuk dari anyaman bambu yang acak, akan tetapi mampu menghasilkan drama artistik formal yang sangat unik dan menarik. Selain gurita raksasa, ada juga objek lain seperti ikan yang juga terbuat dari anyaman bambu.

Setiap karya tersebut memiliki rasa metaforik, tampil secara acak untuk menambah nuansa  ekologis kelautan semakin lengkap.

Sebagai fokus utama, gurita raksasa dari anyaman bambu ini memiliki ukuran yang sangat besar. Kaki-kakinya yang menjulur panjang bisa memungkinkan untuk menginstalasi area pantai yang luas. Objek gurita raksasa ini diperluas kontennya menjadi ruang pertunjukan yang cukup menarik dan bermakna.

Mengapa Gurita Dipilih Menjadi Objek Utama?

Adapun alasan pemilihan gurita sebagai objek utama dalam acara BBAF ini terbilang cukup  inspiratif. Wujud alami dari binatang ini juga cukup unik. Sedangkan, hewan ini juga memiliki potensi metaporik dan simbolik yang cukup luas.

Gurita raksasa tersebut juga dieksplorasi dengan tarian kolosal. Di mana, tata tariannya tersebut bersifat merespon objek, ruang, dan area event dengan bebas.

Pantai Berawa Bali ini menjadi ruang seni rupa pertunjukan yang cukup interaktif. Di mana pantai ini menjadi ruang yang mampu menggabungkan antara ruang dan audien.

Sehingga bisa memunculkan ruang-ruang kesadaran yang menjadi bagian dari bangkitnya nilai spirit kelautan.

BBAF yang kedua kalinya ini bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi ke Pantai Berawa, Bali. Sebab, potensi serta keindahan alam yang ada di Pantai Berawa sangatlah unik. Terlebih dengan adanya panggung dengan gaya yang unik ini.

Meskipun acara BBAF tersebut telah berlalu, namun peringatan yang tertera dalam hasil karya seni instalasi tersebut akan terus terkenang.  Tidak hanya untuk kelestarian di Pantai Berawa saja, akan tetapi juga untuk kelestarian pantai di seluruh dunia.

Baca Juga: Apa itu seni instalasi – Sejarah, Ciri-ciri dan Kategori (senimanpatungdibali.com)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *